Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Belajar Bersama

Belajar Bersama

Sabtu, 20 Agustus 2016

Sunan Gresik




Syaikh Maulana Malik Ibrahim dikenal juga oleh sebutan Kakek Bantal (bukan bantal untuk tidur loohh), Beliau berasal dari Negeri Turki,beliau sangat ahli dalam urusan tata Negara, tapi ada juga yang mengatakan beliau berasal dari Gujarat,Iran Serta Arab hanya ALLAH SWT yang mengetauhi nya,tapi yang jelas masih kuturanan Bangsa ASIA hhee..,beliau juga masih keturunan Zainul Abidin bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.

Pada tahun 1404 M. beliau mulai menyiarkan Agama Islam di Pulau Jawa,beliau menetap di Gresik dam wafat pada hari Senin tgl 12 Rabi’ul Awwal tahun 822 H atau tahun 1419 M dan dimakamkan di daerah Gresik.

Pada zaman tersebut masyarakat di daerah Jawa, mayoritas masih beragama Hindu dan Budha, Syaikh   Maulana Malik Ibrahim dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan melakuan dakwah pada kaum tersebut, beliau melakukan pendekatan pada semua lapisan masyarakat. Agama dan adat istiadat meraka tidak di tentang secara langsung,beliau dengan sabar memperkenalkan budi pekerti yang diajarkan oleh islam dan secara langsung beliau memberikan contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan,lemah lembut,santun pada fakir miskin dan menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi yang muda.

Dan  beliau tidak membedakan antara kasta satu dan kasta lainya inilah awal mula ketertarikan penduduk terhadap agama islam,rakyat semakin banyak menyatakan masuk islam karena memang di dalam islam jelas tidak ada perbedaan di antara manusia satu dan lainya.

Pada suatu hari Syaikh Maulana Malik Ibrahim mendengar berita tentang bencana yang melanda suatu daerah, beliau pun mengajak lima muridnya untuk menuju daerah tersebut,ketika sesampainya pada daerah tersebut beliau berserta murid melihat manusia berkerumun di sekeliling panggung terbuat dari batu-batu,diatas panggung Nampak seorang gadis berpakaian serba putih sedang meronta-ronta ingin melepaskan diri  dari sebuah tali yang dijaga ketat oleh para lelaki bertubuh kekar dan dihadapan gadis itu berdiri seorang pendeta tua dengan memegang tongkat.

Melihat kejadian itu Syaikh Maulana Malik Ibrahim menayakan hal tersebut pada seseorang penduduk dalam sekerumunan orang,dan orang itu menceritakan bahwa gadis yang di ikat itu hendak dibunuh oleh pendeta tua.dengan tujuan persembahan untuk dewa penguasa hujan. Agar musim kemarau yang berkepanjangan dapat terselesaikan.

Ketika pisau belati pendeta itu hampir menusuk gadis berpakain putih tersebut, Syaikh Maulana Malik Ibrahim berteriak untuk mencegahnya,tapi pendeta tersebut tak mempedulikan sama sekali, dan anehnya pisau belati tersebut terasa berat dan seolah-olah terhalang oleh lapisan baja yang tebal,pendeta tua pun merasa terkejut.

Pendeta tersebut menyadari bahwa ada seseorang yang telah merusak upacara mereka,lalu pendeta tersebut memandangi Syaikh Maulana Malik Ibrahim beserta kelima murid Syaikh Maulana Malik Ibrahim,pendeta itu berkata “Hai orang asing apa maksud mu menggangu upacara kami”
Dengan tenang Syaikh menjawab “Mohon ma’af kami tidak berniat mengganggu” dan beliau pun bertanya “Tuan atas dasar apa upacara ini dilaksanakan ??” kemudian pendeta itu menjelaskan sebagaimana cerita salah seorang yang berkerumun tadi.

Kemudian Syaikh kembali menanyakan “sudah berapa gadis yang telah kau bunuh” dan orang yang berkerumun pun menjawab “sudah dua kali dan ini yang ketiga kali,tapi hujan tetap tak mau turun” mendengar jawaban para penduduk pendeta pun menentang “untuk turun hujan,pengorbanan gadis butuh tiga kali, dan sang dewata akan mengabulkan keinginan kita”, Syaikh Maulana Malik Ibrahim berkata” adakah akan diteruskan mencari korban jikakalau sudah genap tiga kali, hujan pun belum juga turun ??” pendeta itu menatap penuh kebencian sambil berkata “ wahai orang sebaiknya kamu tidak ikut campur, tangkap mereka “ suara pendeta meyuruh pengawalnya.

Dengan cepat pengawal pendeta itu bergerak hendak menangkap Syaikh Maulana Malik Ibrahim beserta muridnya tetapi baru tiga langkah bergerak,kakinya serasa lumpuh untuk digerakkan, melihat kejadian ini sang pendeta semakin marah dan berkata “orang asing, apa maksudmu melakukan semua ini,padahal kami tidak pernah mengganggu mu selama ini ??” Syaikh menjawab “ma’af tuan sebenarnya kami tidak menggangu, justru saya dan kelima murid saya ingin memberi pertolongan kepada kalian.” Sahut pendeta” pertolongan apa,jangan berlagak seperti dewa saja, Kemampuan apa yang dapat kau perbuat”  …”kami butuh hujan” rakyat menyahut.

Setelah mendengar permintaan orang-orang itu, maka Syaikh mengatakan insya-Allah akan mengabulkan dan dengan catatan bila hujan turun agar membebaskan gadis tersebut,mula-mula pendeta tidak menyetujui perjanjian itu, tetapi rakyat banyak yang setuju ,sehingga pendeta itu berkata”Kalau rakyat setuju ,baiklah aku terima tantangan mu,tetapi bila hujan tak kunjung turun maka selain gadis ini kau beserta lima muridmu juga harus menjadi tumbal” Syaikh Maulana Malik Ibrahim menjawab dengan tenang”Silahkan.., saya tidak akan menolak kehendak kalian terhadap kami berenam.

setelah itu Syaikh bersama muridnya melakukan sholat sunnah dua raka’at lalu berdoa meminta hujan kepada Allah SWT ,setelah beliau dan para murid telah selesai tak lama kemudian,nampaklah awan hitam datang dan hujan pun turun dengan lebatnya.

hore …! Sorak orang-orang yang berada disitu karena kegirangan, tetapi melihat kenyataan itu, pendeta beserta para pengawal,pergi begitu saja karena merasa sangat malu.

Setelah hujan reda para rakyat pun menyembah Syaikh Maulana Malik Ibrahim,tapi Syaikh langsung berkata “Ma’af aku tidak layak untuk disembah,hanya Allah SWT lah yang pantas disembah,mari kita berterimakasih pada Allah SWT”. Semenjak itulaa Syaikh Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai guru dan semakin banyak pula rakyat yang menyatkan keislamnya,

itulah sebuah cerita dari berbagai cerita dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim Mungkin kita dapat nmenyimpulkan bahwa siar atau dakwah tidak perlu ada kekerasan bahkan menimbulkan korban,dan harus penuh kesabaran.. see you next artikel masih seputar kisah walisongo kawand..

Minggu, 14 Agustus 2016

Sunan Drajad

Hallo Sobat masih lanjutan kisah –kisah Wali Songo,  Artikel ini adalah kisah  Sunan Drajad,

Sunan Drajad itu hanyalah sebuah nama sebutan saja sebagaimana Sunan-sunan lainnya, seperti Sunan Ampel, Sunan Giri dan lain-lainnya.

Adapun nama sebenarnya ada yang mengatakan Raden Syarifudin. Dan lebih banyak  lagi sumber yang mengatakan namanya adalah Raden Qosim, putra dari Sunan Ampel  dengan Seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qosim (Sunan Derajat) itu adalah sudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang).

Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qosim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik. Karena disana masih belum ada seorang ulama pun yang berdakwah,yaitu di daerah antara Gresik dan Tuban.

Setelah tiba, tepatnya beliau tiba di Desa Jelag, Raden Qosim mendirikan pesantren dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau. Dan keberhasilannya, berkat dari kebijaksanaan dalam cara berdakwah.

Setahun kemudian di desa Jelag, Raden Qosim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebelah selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa jelag itu. Disana beliau mendirikan Musholla atau surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwa.

Tiga tahun tinggal di daerah itu, beliau mendapat ilham lagi agar pindah tempat ke bukit. Tempat disebut oleh orang-orang “Dalem Dhuwur” artinya rumah yang letaknya di tempat uang tinggi yaitu bukit. Tempat itu sekarang di bangun museum megah

Di tempat yang baru itu Raden Qosim cara dakwahnya menggunakan alat kesenian rakyat yaitu gamelan untuk mengumpulkan orang. Setelah itu baru mulai berbicara tentang agama.

Demikianlah kecerdikan Raden Qosim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.

Hal ini membuktikan kebenaran akan keahlian Raden Qosim dalam memainkan gamelan. Bahkan beliaulah yang menciptakan lagu tembang Pangkur yang sampai sekarang tembang itu masih digemari banyak masyarakat jawa.

Raden Qosim terkenal dengan sebutan Sunan Drajad, karena bertempat tinggal di sebuah bukit yang letaknya di desa Drajad beliau termasuk anggota Wali Songo yang ikut serta mendirikan Masjid Demak dan Kerajaan Demak. Beliau juga terkenal sebagai seorang Waliyullah yang berjiwa sosial.
 
Karena Beliau yang mempunyai sifat dan sikap demikian itulah sehingga sampai akhir hayatnya namanya tetap harum di semua kalangan masyarakat.

Dan  makam Sunan Drajadt (Raden Qosim) terletak di desa Drajad,  Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Jawa Timur.
Sekian Dulu  Sebagian Cerita dari Sunan Derajat.. See You

Sabtu, 06 Agustus 2016

Misteri Jenazah Sunan Bonang

Di artikel Kisah Sunan Bonang Bagian Ketiga Adalah Misteri Jenazah Sunan Bonang

Sunan Bonang yang mempunyai jiwa pejuang yang luhur. Beliau terus melaksanakan dakwahnya dengan berkeliling . seperti ke Jepara, Bawean, Madura dan lainnya.

Pada waktu berdakwah ke Bawean, Beliau menderita sakit dan akhirnya wafat di Bawean. Murid-murid yang berada di Tuban mengetauhi hal itu, maka menghendaki jenasah Sunan Bonang akan dibawah ke Tuban dan dimakamkan  di sana. Adapun murid-murid yang berada di Bawaean  tetap mempertahankan jenazah Sunan Bonang untuk disemayamkan di Pulau Bawean.

Pada malam harinya murid-murid Sunan Bonang yang dari Tuban bergerak melakukan ilmu persirepan, sehingga para penjaga jenasah Sunan Bonang tertidur dengan lelapnya kemudian jenasah Sunan Bonang dibawa naik perahu menuju Tuban.

Walaupun demikian sungguh-sungguh aneh kejadiannya. Sebagian sumber telah menceritakan , bahwa jenasah Sunan Bonang yang berada di Bawean ternyata masih tetap ada. Cuma saja tinggal kafannya yang tadinya dua, setelah kejadian itu hanya tinggal satu.

Demikian juga jenasahnya yang dibawa ke Tuban tetap ada dan kain kafannya yang sewaktu mulai diangkat dari Bawean ada dua, setelah tiba di Tuban ternyata hanya tinggal satu.

Pada akhirnya jenasah Sunan Bonang yang dibawa ke Tuban dimakamkan disebelah barat Masjid Jami’ Sunan Bonang Tuban.

Adapun jenasahnya yang di Pulau Bawean dimakamkan di Kampung Tegal Gubug Bawean. Tetapi yang banyak diketauhi dan diziarahi orang adalah makamnya yang berada di Tuban.

Entah Kebenaran jenasah Sunan Bonang ada dimana, Allahualam(hanya allah yang maha mengetauhi)

Mungkin sekian dulu kumpulan kisah dari Sunan Bonang..

Senin, 01 Agustus 2016

Bertemunya Sunan Bonang Dengan Brahma India

Sunan Bonang Bagian Dua

Artikel ini lanjutan dari Sunan Bonang Sebelumnya, artikel ini  berisi tentang bertemunya Brahmana India dengan Sunan Bonang..

Di Tuban Sunan Bonang Juga mendirikan pesantren, murid-muridnya sangat banyak, baik yang dari Tuban sendiri, Jepara, Bawean, maupun dari Madura.
Semakin lama, Sunan Bonang semakin terkenal sebagai ulama’ besar berilmu tinggi, Karena sedemikiannya terkenal, sehingga ada seorang Brahma sakti dari Negeri India merasa penasaran. Pada suatu hari Brahma itu berlayar menuju Tuban dengan tujuan hendak ingin mengadu ilmu dengan Sunan Bonang. Tetapi setelah mendekati pantai Tuban, tiba-tiba kapal yang di tumpangi Brahmana India terserang ombak besar hinga kapalnya terbalik. Kitab-kitab yang dibawa dan di rencanakan untuk menguji Sunan Bonang itu , Semuanya tenggelam di dasar laut.
Adapun Brahmana india itu terdamar di tepi pantai dalam keadaan tak sadarkan diri. Setelah sadar diri brahmana merasa kebingungan karena tidak tau dimana dia sekarang berada. Di tepi Pantai itu Brahmana melihat seorang laki-laki berjubah putih berjalan dengan tongkat di tangan kanannya, Laki-lakk berjubah putih itu diberhentikan dan disapa oleh brahmana india. Lalu Brahmana bertanya .
Daerah manakah ini tuan ....?, Laki-laki berjubah putih itu tidak menjawab hanya menancapkan tongkatnya ke pasir tanah pantai itu. Kemudian balik bertanya : sebenarnya Tuan berasal dari mana ...? Sehingga tidak mengenal daerah ini.
“Saya datang dari negeri India, Hendak pergi ke Tuban ingin menemui seorang yang tersohor dengan sebutan Sunan Bonang . Jawab Brahmana itu.
Ada kepentingan apa sehingga jauh-jauh Tuan datang hanya ingin menumui Sunan Bonang..? Tanya orang berjubah putih.
Jawab Brahmana lagi : Saya merasa penasaran karena mendengar berita tentang dirinya, maka saya akan mengajaknya berdebat tentang keagamaan. Tetapi sayang sekali kitab-kitab yang telah saya bawa semuanya tenggelam ke dalam laut.
Mendengar ucapan Brahmana India, tiba-tiba saja orang berjubah putih itu mencabut tongkatnya dari tanah pasir di pantai tersebut. Maka terpancarlah air keluar dari lubang tanah bekas tancapan tongkat tadi dengan mengeluarkan semua kitab-kitab milik Brahmana yang tenggelam ke dasar laut.
Benarkah itu kitab-kitab Tuan yang tenggelam tadi..?  Tanya orang berjubah putih. Setelah dilihat dan diperiksa bahwa benar itu memang kitabnya, maka Brahmana berkata dalam hati “Betapa Tinggi ilmu orang berjubah putih ini”.
Siapa gerangan Tuan ini ..? tanya Brahmana
“Saya telah diberi nama orang-orang denga sebutan Sunan Bonang” jawan orang berjubah putih. Mendengar jawaban demikian, maka sang Brahmana bertekuk lutuu di hadapan Sunan Bonang seraya mohon maaf dan akhirnya menjadi murif Sunan Bonang.
Ok bro sist,,,,selanjutnya masih kisah Sunan Bonang ,..Dengan Artikel berjudul Misteri Jenazah Sunan Bonang ..Terima Kasih