Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Belajar Bersama

Belajar Bersama

Selasa, 15 Agustus 2017

Sunan Kalijaga Terusir Dari Kadipaten


 Sunan Kalijaga Terusir Dari Kadipaten

Artikel berikut merupakan lanjutan kisah dari Sunan Kalijaga dari artikel sebelumya,
Sunan Kalijaga Diusir Oleh Orang Tuanya.Malam-malam berikutnya sebagaimana biasanya Raden Said tetap melaksanakan kegiatannya mengambil barang-barang gudang untuk dibagikan kepada fakir dan miskin.

Penjaga gudang kadipaten menjadi terkejut dan heran, setelah mengetauhi barang-barang yang hendak disetorkan ke pusat kerajaan Majapahit setiap hari semakin,berkurang padahal tidak pernah diambil. Penjaga gudang tersebut berpendapat, mungkin ada pencuri yang tidak diketauhi masuk gudang itu. Akan melaporkan kejadian itu kepada sang adipati, dia masih berpikir dua kali..jangan jangan dia sendiri yang malah tertudu sebagai pencurinya, karena tidak ada bukti pencuriannya.

Pada suatu malam dengan sengaja penjaga gudang mengintai dari kejauhan untuk mengetauhi siapa gerangan pencurinya, sangat terkejut sekali penjaga gudang itu setelah tahu bahwa yang mencuri adalah putra dari Adipati sendiri yaitu Raden Said (Sunan Kalijaga).Mula-mula penjaga gudang itu merasa kebingungan, tetapi apa boleh buat dari pada dia sendiri yang kena hukuman dari adipati, maka terpaksa dia bersama kawan-kawannya menangkap Raden Said.

Raden Said beserta barang-barang bukti yang dibawanya dihadapkan kepada Adipati. Tentu saja Adipati sangat marah melihat anaknya mencoreng-coreng nama keluarga dengan perbuatan yang tidak semestinya dilakukan. Raden Said mendapat hukuman, di kedua tangannya dicambuk dengan rotan sebanyak seratus kali.Setelah bebas dari hukuman, Raden Said masih juga belum kapok, dilanjutkan kegiatannya itu diluar lingkungan istana kadipaten. Beliau berpakaian serba hitam dan memakai topeng khusus di wajahnya, lalu merampok orang-orang kaya di kadipaten yang menjadi incarannya, terutama orang kaya bakhil dan para pejabat yang curang.

Hasil rampokannya dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan tidak seberapa lama berjalan, akhirnya kegiatan Raden Said diketauhi oleh seorang pimpinan perampok lain. Maka pimpinan perampok itu pun meniru Raden Said dalam berpakaian serba hitam dan bertopeng yang persis milik Raden Said
Pada suatu malam terdengar jeritan para penduduk yang rumahnya didatangi kawanan perampok. Mendengar suara jeritan itu, dengan cepat Raden Said meloncat mendatangi tempat kejadian tersebut, yang maksudnya hendak menolong. Melihat kedatangan Raden Said dengan bertopeng itu, Kawanan perampok segera bertebaran melarikan diri.

Ketika Raden Said mendobrak pintu sebuah rumah, di satu kamar nampak seseorang berpakaian seperti dirinya dan bertopeng yang serupa sedang mengenakan pakaiannya kembali. Rupanya baru saja ia selesai memperkosa seorang gadis di dalam kamar itu. Sebelum Raden Said bergerak untuk menangkapnya, pimpinan kawanan perampok yang  menyamar itupun sudah lebih dulu kabur. Saat itu pula para pemuda dari kampung lain mengepung rumah tersebut dan gadis yang di perkosa perampok tadi telah bangkit dan kemudian memegang tangan Raden Said dengan eratnya. Raden Said yang sedang kebingungan itu ditangkap oleh pemuda dan dibawa ke rumah kepala desa setempat. Kepala Desa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi orang yang ditangkap itu sama sekali tidak menjawab sepatah kata pun, kepala desa kesal dibuatnya dan dengan marah sambil membuka topeng di wajah orang itu.

Saat diketauhi siapa orang yang berada dibalik topeng tersebut, kepala desa tiba” menjadi binggung karena terkejut dan tidak percaya, ternyata perampok itu adalah Raden Said putra adipati junjungannya sendiri. Seketika itu pula masyarakat menjadi ribut, karena perampok dan pemerkosa itu putra Adipatinya sendiri.Kepala desa merasa serba salah, terpaksa menutup-nutupi cela junjungannya. Tanpa diketauhi masyarakat kepala desa itu membawa Raden Said ke istana kadipaten.
Mengetauhi hal itu, Adipati menjadi lebih sangat marah kepada Raden Said anaknya sendiri. Tanpa dipikir lebih jauh lagi, Raden Said di usir dari wilayah Kadipaten Tuban.

Dikatakan bahwa Raden Said telah mengotori nama baik keluarganya sendiri. Dan tidak boleh kembali ke istana kadipaten tuban sebelum dapat menggetarkan dinding-dinding istana kadipaten dengan ayat-ayat AL-Quran yang sering dibacanya.
Mendengar kata-kata orang tuanya, Raden Said hatinya menjadi hancur luluh karena harus menerima akibat yang tak pernah disangka-sangka. Dengan wajah menunduk Raden Said meninggalkan istana Kadipaten Tuban pergi mengembara tanpa arah dan tujuan.
Di artikel selanjutnya  masih seputar Raden Said (Sunan Kalijaga) yang bertemu dengan Sunan Bonang.  See You <>



0 komentar: